|
Atap Genting Khas Rumah Adat jepara |
|
Rumah Adat Jepara |
|
Pintu Khas Rumah Adat Jepara |
Rumah Adat JEPARA atau disebut juga
Joglo Jepara adalah Rumah tradisional asal Jepara salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat
Jepara.
Tata Ruangan
Bahan bangunan Rumah adat Jepara terbuat dari kayu dengan dinding
kayu berukir, Memiliki 4 buah tiang di tengah bangunan. menurut
pembagian ruangnya adalah sebagai berikut:
ruang ini dulu untuk menerima/ menjamu tamu terbatas, sampai saat
inipun tempat ini masih dipergunakan untuk dhahar prasmanan dan menerima
tamu. Namanya rono kaputren (yang ukirannya tembus) atau berlubang dan
yang blok ukir namanya rono kaputran.
tempat/ruangan ini dulu dipergunakan untuk berkumpulnya keluarga.
pengertian dipingit tidak di ruangan ini terus, boleh keluar tapi
dengan batasan depan ada rono (ukiran yang tembus/berlubang) dan
belakang ada tembok yang tinggi, dan pengertian dipingit adalah menunggu
lamaran dari pria yang tidak dikenalnya.
biasa digunakan untuk masak, belajar dan melihat televisi.
Untuk halaman depan rumah, terdapat sumur pada sebelah kiri yang dinamakan Pakiwan, yang juga berfungsi untuk kamar mandi.
Filosofi
Keunikan dan keistimewaan Rumah Adat Jepara (Joglo Jepara) tidak
hanya terletak pada keindahan arsitekturnya yang didominasi dengan seni
ukir kualitas tinggi, dan Atap dari genting dan khusus kerpus memiliki
motif gambar wayang. tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen
pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda. Adapun konsep
falsafah dari bangunan joglo ini adalah:
- Menghadap ke laut dengan maksud agar berpikiran luas
- Membelakangi gunung dengan maksud agar tidak congkak dan tinggi hati
- Atap berujud pegunungan dengan maksud religius yaitu Tuhan di atas dan berkuasa atas segalanya.
- Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes.
- Tiga buah pintu di depan merupakan perwujudan hubungan antara :
Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan manusia, Manusia dengan alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar